Kamis, 26 Oktober 2017

SUMBANGSIHKU UNTUK INDONESIA

Mencintai Produk sendiri
Berarti Mencintai Tanah Air

Indonesia adalah Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia. Dari sisi kuantitas, jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencapai 237,6 juta jiwa dan jumlah tersebut terus meningkat dengan laju pertumbuhan penduduk sekitar 1,49 persen pertahun. Dengan laju pertumbuhan yang begitu cepat maka semakin meningkat pula konsumsi serta kebutuhan masyarakat Indonesia.
Konsumsi dan kebutuhan masyarakat Indonesia yang semakin meningkat terutama di era globalisasi membuat Indonesia menjadi Negara hedonis terutama dengan semakin meningkatnya teknologi dan pengetahuan yang berdampak pada harus terpenuhnya kebutuhan yang semakin lama semakin meningkat, tidak terkecuali dalam bidang fashion.
Fashion juga menjadi aspek yang sangat penting bagi sebagian orang di Indonesia terutama di era globalisasi, dan menjadi kebutuhan yang tidak dapat terpisahkan. Dengan terus meningkatnya fashion, semakin banyak pula kebutuhan untuk manunjang fashion yang diburu oleh sebagian masyarakat. Tetapi mirisnya, masyarakat Indonesia kadang lebih menyukai produk-produk yang berasal dari luar negeri dibanding produk negeri sendiri. Berbagai macam barang bermerek yang berasal dari luar negeri banyak dicari oleh masyarakat Indonesia. Dengan berbagai alasan seperti barang luar negeri lebih murah dan kualitasnya lebih bagus, banyak orang Indonesia yang lebih memilih berbelanja produk-produk luar negeri.
Indonesia mengalami beberapa kendala dalam memasarkan produk, seperti kurangnya informasi pasar, kurangnya sumber daya manusia dan kalah bersaing dengan produk luar negeri. Padahal produk-produk dari dalam negeri juga tidak kalah kualitasnya dari produk impor dan banyak produk dalam negeri yang jadi pemasok merk-merk mahal dan terkenal dari luar negeri, hanya saja kurangnya kesadaran masyarakat, gengsi dan juga merasa menggunakan barang luar negeri merupakan gaya yang mewah. Padahal jika masyarakat Indonesia lebih memilih produk dalam negeri, masyarakat dapat membantu meningkatkan produktifitas dan juga pendapatan Negara, jika produktivitas berjalan semakin banyak pula sumber daya manusia yang dibutuhkan, dan semakin sedikit pula jumlah pengangguran di Indonesia.
Sebagai masyarakat Indonesia, seharusnya sadar bahwa ikut menggunakan barang dalam negeri tidak hanya dapat membantu Negara dalam memecahkan masalah perekonomian dan juga pengangguran tetapi juga dapat membawa nama Indonesia ke kancah dunia dan dapat membuat nama Indonesia menjadi lebih baik. Dengan terus- menerus menggunakan produk dalam negeri dapat menjadi ajang untuk mempromosikan barang-barang produksi buatan Indonesia yang tidak kalah kualitasnya dengan barang impor. Dan itu harus dimulai dari diri sendiri, sebagai masyarakat Indonesia.
Mencintai produk sendiri dapat dimulai dengan mencintai tanah air, sehingga jika sudah mencintai tanah air akan muncul sendiri kecintaan terhadap apapun yang berhubungan dengan tanah air, terutama dalam memajukan tanah air Indonesia. Dengan mencintai tanah air sudah pasti juga mencintai produk-produk dalam negeri dan pasti akan terciptanya dorongan untuk memajukan bangsa Indonesia dengan menggunakan produk dalam negeri. Memang terdengar sepele, tapi ikut menggunakan produk dalam negeri akan membuat dampak yang sangat besar bagi Indonesia.

Masyarakat Indonesia sudah seharusnya menumbuhkkan rasa cinta terhadap tanah air sehingga dapat memunculkan rasa ingin mengharumkan nama bangsa, melalui pendidikan, karya-karya, juga konsumsi produk buatan negeri sendiri. Agar dapat menciptakan bangsa yang mandiri, meningkatkan standar  kehidupan masyarakat dan meningkatkan kualitas produk dalam negeri. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai bangsanya sendiri.

Selasa, 03 Oktober 2017

Review: SERIBU WAJAH AYAH KARYA AZHAR NURUN ALA

Judul Buku                    : Seribu Wajah Ayah
Penulis                           : Azhar Nurun Ala
Penyunting                     : Abdullah Ibnu Ahmad
Pengembangan Desain   : YS Gunawan
Cetakan II                      : Desember, 2015




Novel yang bertemakan ‘ayah’ yang selalu membuat saya tertarik, sebenarnya saya tidak terlalu yakin saat menyebutnya novel karena seperti kata si Penulis “Novel ini-bahkan awalnya saya ragu menyebutnya novel-barangkali hanyalah buah kontemplasi yang rasanya tak nyaman jika saya simpan sendiri”. Novel yang awalnya saya berfikir “novel ini kurang menarik dan sepertinya membosankan” dan ternyata saya salah besar, penilaian yang hanya berdasarkan ‘sampul’ . Tapi satu hal yang membuat pemikiran saya berubah, judul ‘SERIBU WAJAH AYAH’ mematahkan analisa saya bahwa buku ini tidak menarik, SERIBU WAJAH AYAH membuat saya bertanya-tanya “apa artinya?, apa maksudnya?” membuat saya penasaran dan sepertinya sangat menarik untuk saya ulas.

Sinopsis
“Tak banyak yang berubah disana. Letak jam dinding, lemari tua berbahan kayu jati yang sudah terlalu penuh oleh buku, foto ibumu ketika muda-ah iya, ia memang tak sempat tua. Di meja baca ayahmu, tergeletak sebuah benda berbentuk buku dengan sampul biru tua yang tidak terlalu tebal, usang, tapi tampak sangat terawat. Kamu, sebelumnya tak mengira bahwa itu adalah album foto”.
            Sejak kecil, salah satu kegemaranmu adalah melihat album foto berulang-ulang sampai kau hamper hafal semua foto didalamnya. Tapi, album foto ini seperti tidak pernah kamu lihat. Tak banyak gambar di dalamnya, hanya ada sepuluh. Dan hamper semua foto punya karakteristik yang sama:hanya ada kamu dan ayahmu di dalam foto itu. Hanya kalian berdua.
            Malam itu , kau dipaksa untuk menengok ke belakangsampai lehermu pegal. Kau dipaksa untuk bekejar-kejaran dengan waktu untuk memunguti potongan-potongan masa lalu. Ada sesal di sana, tentang budi yang tak sempat-dan memang tak akan pernah-terbalas.
            Seribu wajah ayah sekaipun yang kau kenang dan ratapi malam itu, tak ‘kan pernah mengembalikkannya.”

Novel yang menceritakan tentang seorang ayah yang mempunyai satu orang anak,  istri yang sudah meninggal setelah melahirkan sang anak. Sang anak yang melihat kenangan masa kecilnya melalui album foto yang berisi sepuluh lembar foto. Dan kejadian yang membuat dia bimbang antara menjaga ayahnya atau membuat keputusan atas kelanjutan pendidikan yang akan ditempuh di luar negeri.Novel unik yang menggunakan alur mundur dan menggunakan sepuluh lembar foto sebagai bahan cerita. Novel yang sangat mengharukan yang membuat saya menitikkan air mata, membuat saya merenungkan kembali arti ayah dalam hidup, tentang pengorbanan, dan kasih sayang seorang ayah. 

Membaca novel SERIBU WAJAH AYAH membuat saya sadar bahwa penyesalan selalu datang di akhir, sadar bahwa cinta seorang ayah adalah cinta tanpa syarat, cinta yang rela mengorbankan apapun untuk sang anak.Novel yang sangat memotivasi , memberikan banyak pelajaran serta kaidah-kaidah yang dapat dijadikan pelajaran. Meskipun kadang saya harus membaca dua kali untuk mengerti arti dari sebuah kalimat, karena novel ini berisi banyak kutipan-kutipan yang dapat membuat saya merenung sejenak.

Ibuku adalah ayahku
Ayah membesarkanku seorang diri
Seperti matahari
Ayah memberikan cahaya untukku

Sebuah kutipan yang cukup membekas dan membuat saya berfikir kembali,bukan hanya ibu yang dapat memberikan kehangatan cinta tapi ayah juga, sosoknya yang terlihat tegar tapi menyimpan kerapuhan yang tak pernah ia perlihatkan pada siapapun. Dan ayah pun bisa menjadi ibu.


Sebuah novel yang ringan yang cocok dibaca oleh semua umur, novel yang sangat inspiratif dan penuh motivasi, novel yang tidak akan membuat saya bosan untuk membacanya kembali karena banyak memberikan pelajaran dan dapat mengingatkan saya pada ayah.